Dirinya dalam Tiga Babak.
Selamat ulang tahun, Bumantara.
I. Aku Berkelana.
Saat itu aku berkelana. Mencari-cari rumah yang ramah-tamah. Mencari-cari rumah yang bisa aku jadikan tempat bersinggah dan berserah. Aku saat itu seorang penjelajah, bawa kemana-mana hatiku yang patah, bawa kemana-mana hatiku yang resah serta butuh dibenah.
— Aku dan segala lengah, lalu aku temukan kau yang tengah merekah.
II. Kau Si Penyergap.
Kau si penyergap. Kau si tiba-tiba. Kau si mendadak. Tiba-tiba, kutemukan banyak kesamaan. Tiba-tiba, senyummu aku kerinduan. Tiba-tiba, tawamu aku kecanduan. Tiba-tiba, leluconmu terus menerus aku inginkan. Tiba-tiba, aku tatap langit biru dan aku selalu temukanmu di sana.
— Tiba-tiba, aku jatuh cinta.
III. Kau Biru dan Kau Putih.
Kini bagiku, dirimu sang langit biru dan awan putih. Si biru tak berbatas, dan si putih yang kian suci. Si biru yang berteman dengan angan-angan, serta si putih yang simpan impian. Si biru yang bersinar, juga si putih simbol keteduhan. Aku mencinta tanpa tahu batas, sebagaimana si biru dan si putih ambil tahta dan berkuasa.
— Bagiku, kau berarti bumantara besera seluruh isinya.